-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Tokoh PAUD : Pandangan Ki Hajar Dewantara Tentang PAUD

Post a Comment
Gambar https://www.google.co.id//

Pandangan Ki Hajar Dewantara Tentang PAUD
Ciri khas dari Pendidikan Anak Usia Dini menurut Ki Hajar Dewantara dalam Sujiono (2009:126) ialah Budi Pekerti dan Sistem Among.
1.      Budi Pekerti
Pada Anak Usia Dini pendidikan yang paling utama ditanamkan adalah budi pekerti. Bentuk dalam pendidikan budi pekerti seperti yang dikemukakan oleh Sujiono (2009:126) yaitu menanamkan nilai, harkat dan martabat kemanuasiaan, nilai moral watak, dan pada akhirnya pembentukan manusia yang berkepribadian. Nilai-nilai yang terkandung dalam penerapan budi pekerti pada Pendidikan Anak Usia Dini deberikan bertujuan untuk bekal kehidupan anak usia dini di lingkungan dan masa yang akan datang.
Menurut Sujiono (2009:127) Ki Hajar Dewantara membagi perkembangan manusia dengan menggunkan interval tujuh tahunan usia kronologis yakni:
Usia 1-7 tahun dipandang sebagai masa kanak-kanak, pendidikan yang cocok pada fase ini yaitu dengan cara pemberian contoh dan pembahasan.
Usia 7-14 tahun dipandang sebagai masa pertumbuhan jiwa pikiran, pendidikan yang cocok pada fase ini yaitu dengan cara pembelajaran, perintah atau hukuman.
Usia 14-21 tahun dipandang sebagai masa terbentuknya budi pekerti atau periode sosial, pendidikan yang cocok pada fase ini yaitu dengan cara mendisiplinkan diri sendiri dan melakukan atau merasakannya secara langsung.
2.      Sistem Among
Ki Hajar Dewantara memiliki sistem pendidikan yang disebut dengan sistem among. Dalam bahasa Jawa among dapat dimaksud dengan momong yang memiliki pengertian yaitu mengasuh, membimbing, menjaga dengan penuh kasih sayang. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Abbdurrahman (2014) yaitu tujuan sistem among yaitu membangun anak didik menjadi manusia beriman dan bertakwa, merdeka lahir batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani rohani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.
Ki Hajar Dewantara memakai semboyan Tut Wuri Handayani, semboyan ini berasal dari ungkapan bahasa Jawa yaitu Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa. Seperti yang dikemukakan oleh Abbdurrahman (2014) bahwa arti semboyan ini secara lengkap adalah: Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau diantara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik). Pendidikan Anak Usia Dini menurut pandangan Ki Hajar Dewantara menggunakan semboyan Tut Wuri Handayani namun dalam proses menerapkannya harus sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak sehingga sistem among dengan menggunakan semboyan ini dapat diterapkan sesuai dengan pekrkembangan anak usia dini. Tidak hanya semboyan Tut Wuri Handayani, namun Ing Madya Mangun Karsa dan Ing Ngarsa Sung Tulada tetap digunakan dalam sistem among, karena dalam pendidikan anak usia dini, tidak hanya di depan, seorang guru atau pendidik harus memomong anak didik dari tengah dan belakang anak.


Nilai Pendidikan Berdasarkan Pandangannya
Menurut pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap manusia yaitu sesuai dengan yang dikemukakan Sujiono (2009:124) bahwa menurut Ki Hajar Dewantara manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Dalam pendidikan manusia harus menyeimbangkan pengembangan daya jiwa, karena daya trsebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan manusia dalam dunia pendidikan. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan oleh karsa dan rasa. Jika berlajut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Pelaksanaan Pembelajaran di PAUD Berdasarkan Pandangannya
“Pendidikan anak usia dini berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara didasarkan pada pola pengasuhan yang berasal dari kata “asuh” artinya pemimpin, pengelola, membimbing” sesuai yang dikemukakan oleh Sujiono (2009: 128). Pola pengasuhan yang diberikan oleh pendidik atau guru pada pendidikan anak usia dini haruslah diberikan dengan cara mendidik dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada anak usia dini adalah usia dimana anak memiliki potensi-potensi dasar yang harus dikembangkan secara optimal dengan memberikan pengasuhan yang tepat dan sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak.

Pendidikan untuk anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan dan pengasuhan dalam mengembangkan seluruh aspek dan potensi-potensi dasar yang dimiliki oleh anak usia dini. Ki Hajar Dewantara menerapkan konsep belajar sambil bermain, karena melalui bermain anak dapat melakukan minatnya sendiri tanpa dipengaruhi faktor luar dan dapat mengembangakan pengetahuan melalui permainan yang dilakukannya seperti yang dikemukakan oleh Sugiono (2009: 128). Pada dasarnya anak usia dini merupakan usia bermain, karena pada anak usia dini bermain adalah suatu hak mutlak yang harus dialami. Dengan bermain anak akan merasakan kebahagian dan kenyamanan, karena dalam bermain anak dapat bereksplorasi, mengekspresikan imajinasinya, sehingga seluruh aspek dan potensi anak akan berkembang dengan melalui bermain dan kegiatan bermain inilah yang dinamakan belajar bagi anak usia dini.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter