-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Tokoh PAUD : Metode Pendidikan Froebel

12 comments
Metode Pendidikan Froebel
sumber gambar : www.betakoleji.k12.tr

     Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu. Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan, mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini. Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang terecana dan sistematis.  
     Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum tersebut adalah the gift dan the occupation: pemberian yang menyediakan permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan permaianan yang ada. The Gifts, adalah sejumlah benda yang dapat diraba dan dimainkan olek anak – anak dengan cara – cara terentu. Menurut Froebel bola melambangkan keutuhan alam semesta. Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan instruksi dari guru dan dengan demikian anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang diperoleh melalui menghitung, mengukur, membedakan dan membandingkan. Gifts pertama adalah enam buah bola dari gulungan benang, masing-masing berbeda warnanya, dan enam helai benang yang panjang yang warnanya sama dengan warna bola yang ada. Terdapat 10 Gift, yaitu 10 kotak kayu yang berisi perangkat permainanbelajar yang berarti juga ada 10 tahapan karena semakin atas levelnya, semakin kompleks dan detail pula arti dibaliknya. Terlihat pola yang semakin mengerucut dari setiap tahapan giftnya. 
    Mengerucut disini artinya semakin kecil yang bisa dipegang dan makin rumit dalam perangkaiannya jika boleh saya katakan jika gift 1 adalah sebuah bentuk yang utuh, semakin naik levelnya adalah lepasan-lepasan dari bentuk utuh itu. Perkenalan umum hingga khusus, makin mendalam seperti itu. Sedangkan The Occupation, serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk berekkspresi artistik. Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi ketrampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk lilin, menggunting bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel dan melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa bermain merupakan cara belajar yang penting bagi anak-anak. Karena lewat gifts dan occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja diawasi ke arah pengekspresian diri yang bebas demi mencapai perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri. 

Unsur Bermain untuk Merangsang Kreativitas Anak 

     Froebel sengaja mendesain pola pembelajaran bagi anak usia dini tidak mengutamakan materi baca-tulis-hitung (calistung), tetapi dia menekankan pada unsur bermain untuk merangsang kreativitas anak. Disamping itu bermain juga dimaksudkan agar anak berpikir konstruktif. Hal ini di lakukan karena anak usia dini ibarat kaset kosong yang mampu merekam apa saja yang mereka terima. Karena itu, Froebel mendesain materi bermain dalam belajar dan memperkenalkanya dengan bernyanyi. Pola inilah yang kemudian berkembang pada abad ke-19 di Amerika Utara karena adanya imigran Jerman ke benua tersebut. Dari sinilah berkembang kingdergarten yang kita kenal sekarang. Pola pembelajaran untuk usia dini di sejumlah negara maju, tetap meletakkan bermain sebagai fungsi utama pembelajaran. Anak di biarkan mengenal fenomena yang ada lewat bermain. Pola pembelajaran yang ditanamkan melalui kindergarten seperti :

1. Mempelajari matematika melalui permainan  Saat berbaris misalnya, anak yang bertubuh tinggi diminta berada di bagian belakang, sebaliknya yang bertubuh lebih pendek di depan. Pola ini memberikan pemahaman bagi anak untuk mulai belajar matematika sambil bermain. 

2. Memahami perbedaan semenjak dini Yang cukup menarik, taman kanak-kanak (TK) umumnya tidak menggunakan seragam. Secara psikologi perkembangan, pola ini bertujuan agar anak mulai dapat memahami tentang perbedaan semenjak dini. Ada yang berbeda antara dirinya dan orang lain.

3. Memperkuat sikap ego anak Selain itu, pola lain yang diterapkan adalah memperkuat sifat ego anak. Kebanyakan orang tua memasukan anaknya ke TK bertujuan agar si anak mampu bersosialisasi. Padahal, dalam usia dini yang harus di perkuat adalah ego anak. Anak harus dididik berkata “inilah aku” bukan “inilah kami”. Kepercayaan diri yang tumbuh sejak dini berdampak pada kemandirianya di masa mendatang. Anak baru belajar bersosialisasi ketika dia masuk sekolah dasar (SD), karena saat itu otaknya sudah mulai berkembang dan emosinya mulai tumbuh. 

4. Pelajaran musik untuk kecerdasan anak Yang tak kalah pentingnya dalam pembelajaran anak usia dini adalah dengan memberikan pelajaran musik,. Dengan musik, anak mengenal pola ketukan yang merupakan bantuan tersendiri bagi pengembangan kecerdasan anak. 

5.  Merusak Pola Program semacam ini sangat mungkin di anggap tabu di Indonesia. Padahal, sejumlah negara, “merusak pola” (break the pattern) sudah menjadi salah satu materi yang diberikan pada usia dini. Dengan membiarkan anak melukis langit warna kuning, gunung berwarna merah, atau laut berwarna orange, sejatinya bertujuan mengembangkan imajinasi anak, sebab dalam usia dini imajinasi anak sedang berkembang. Anak juga sebaiknya dibiarkan berkhayal semaunya. Tidak perlu di kekang, apalagi didikte dengan satu pola tertentu. Hal ini agar anak memiliki mimpi untuk masa depannya. Tentunya, orang tua harus membimbing anak agar khayalannya itu bisa di arahkan pada hal positif dan bisa diwujudkan. 

6. Bercerita atau Mendongeng  Salah satu cara yang juga efektif dilakukan dalam perkembangan anak usia dini adalah dengan mendongeng. Pola ini juga dilakukan untuk meningkatkan imajinasi anak. Biarkan anak-anak berkhayal kalau gajah itu bisa terbang., kelinci bisa bicara, atau singa itu memakai mahkota karena dia raja hutan. 

Penerapan Pandangan Froebel Terdapat 3 (tiga) prinsip didaktik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu: 
1. Otoaktivitas, kegiatan yang dilakukan anak sendiri/ bersifat individualisasi 
2. Kebebasan, tidak dibatasi dinding massif, perlu lingkungan terbuka 3. Pengamatan, terhadap alam sekitar melalui eksplorasi dan keingintahuan Froebel percaya bahwa situasi pembelajaran bagi anak usia dini haruslah mencerminkan unsure 
3 F yaitu: 
• Fridge (perdamaian) dalam pergaulan anak, pendidik dan orang sekitar. 
• Freve (kegembiraan) selama proses pembelajaran. 
• Frabeit (kemerdekaan) adanya kebebasan dalam situasi dan kondisi ‘iklim’ pendidikan yang kondusif. Pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini dianggap baik, apabila: 

1. Pengalaman belajar anak hendaknya dirancang melalui suatu kegiatan yang berpusat pada anak. Dengan menyiapkan lingkungan yang dapat mendorong proses belajar melalui kegiatan eksplorasi penemuan.dan di cermati sebagai berikut : 
  •      Prakarsa  Kegiatan Tumbuh Dari Anak Salah satu karakteristik pembelajaran  yang berpuast pada adalah prakarsa kegiatan tumbuh dari minat dan kegiatan anak sendiri. Contoh di area hitung seorang anak memilih puzzle yang terdiri dari empat potongan, sementara anak lain memilih puzzle yang 25 potong. Di area seni seorang anak ingin mewarnai gambar dengan  cat hijau, ia sendiri melihat cat hijau air  warna hijau dan menggambar di easel( papan untuk menggambar memakai kaki). Anak lain menggunakan warna yang berbeda dan menggambal sambil duduk di karpet) 
  • Anak Memilih Bahan–Bahan dan Memutuskan Apa yang akan Dikerjakan Salah satu cirri pembejaran yang berpuasat anak menyediakan kesempatan pada anak untuk membuat pilihan. Anak -  anak sering menggunakan bahan – bahan tersebut tidak sesuai dengan fungsi dan tujuannya, akan tetapi mereka memanipulasi bahan –bahan, menemukan sesuai dengan minatnya. Contoh: Anak menggunakan selotip berbeda –beda, ada yang untuk mengikat bunga, mengikat daun bunga dan batang dan sebagainya. 
  • Anak Mengekspresikan Bahan–Bahan secara Aktif dengan Seluruh Indranya Pembelajaran yang berpusat pada anak, akan melibatkan seluruh indra anak .Ketika anak belajar tentang suatu objek , melakukan percobaan ia akan melihat, mendengarkan, merasakan, dan lainlain. Ketika anak mengeksplorasikan suatu  obyek, mereka akan menemukan atribut atribut dari obyek tersebut . Contoh anak melihat buah srikaya, ia akan melihat, meraba, mencium, mencicipi rasanya ternyata manis dan lembut. Anak akan akhirnya memahami yang luar kasar belum tentu dalamnya kasar . Yang kulitnya hijau belum tentu dalamnya tidak manis. 
  • Anak Menemukan Sebab Akibat Melalui Pengalaman Langsung dengan Obyek Anak akan tertarik melakukan percobaan dengan obyek obyek ketika  mereka akrab dengan byek obyek di sekitarnya. Contoh Anak ada yang membuat rumah , mobil, perahu, jika obyek tersebut digabungkan .Misalnya balok, kulit jeruk, dan lain- lain. 
  • Anak Mentranformasikan dan Menggabungkan Bahan bahan Bermain pasir merupakan salah satu kegiatan di mana memanipulasi, mentranformasi dan menggabungkan bahan – bahan Dengan pasir anak bias membuat berbagai bentuk yang diinginkan mencampur menggabungkan dengan bahan – bahan .  
  • Anak Menggunakan Otot Kasarnya Dalam pembelajaran yang berpusat pada anak , anak – anak yang aktif belajar dengan menggunakan seluruh tubuhnya. Anak- anak akan antusias untuk menggunakan seluruh kekuatan fisiknya. Contoh mereka memanjat, memindahkan kursi, naik keatas balok, melompat , berguling , berlari menggendong temanya dan sebagainya.
  • Anak Menceritakan Pengalamannya Dalam pembelajaran yang berpusat pada anak , yang berkaitan dengan bahasa, anak harus didorong untuk menceritakan apa yang merka lihat atau apa yang mereka lakukan . Contoh : guru meminta anak untuk menceritakan apa yang mereka lihat atau apa yang mereka lakukan .Contoh : guru meminta anak untuk menceritakan pengalamannya setelah mereka karya wisata ke kebun , tetapi ada salah satu anak yang menceritakan tentang kakinya yang terinjak temannya ketika pergi ke kebun. Dalam aktivitas menceritakan pengalamannya, apapun yang diceritakan anak tidak masalah, yang penting proses mereka mengungkapankan dengan kata-kata sendiri. 

2. Orang tua dan guru sebaiknya bekerja sama dalam hal mendukung anak memperoleh pengalaman. 

3. Anak diberi kesempatan untuk mendapat berbagai pengetahuan dan kegiatan yang lebih kompleks. 

4. Anak belajar menyukai buku dan mampu berbahasa dengan carany sendiri melalui aktifitas bercerita. 

5. Anak harus belajar bahwa jawaban atas suatu pesoalan tidak hanya satu jawaban yang benar. 

6. Kegiatan yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang bervariasi. 

7. Tahapan perkembagan membaca dan menulis harus diberikan melalui pengalaman nyata melalui peristiwa kinestetik.

Related Posts

12 comments

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter